Wanita Bali (Dadong Mineh)

Dulu setiap liburan sekolah, aku selalu pulang ke kampungku, Desa Sukawana, Kintamani. Maklum, aku berasal dari sebuah desa terpencil yang terletak jauh dari keramaian, jadi aku harus bersekolah di kota kabupaten, yaitu Kabupaten Bangli. Ketika aku masih menginjak bangku SMP, ibuku mempunyai sebuah warung di pinggir jalan dekat rumahku, sekedar mengisi waktu kesendirian beliau karena keempat anaknya termasuk aku, tidak berada di kampong, jadi ibuku sendirian selain itu ayahku juga telah lama meninggal. Setiap pagi aku selalu berada di warung ibuku untuk menemani ibuku menjaga warung. Setiap aku menemani ibuku menjaga warung, aku selalu melihat seorang nenek tua yang melewati warungku. Tubuhya mungil, kulitnya mulai keriput termakan usia, dapat ku rasakan, sendi- sendi tulangnya telah lelah akan tuntutan duniawi. Setiap melewati warungku, nenek tersebut pasti membawa “senjata” seperti keranjang, tali ataupun sabit dan ketika sang fajar mulai tenggelam, beliau lewat depan rumahku ...