Sebuah Tulisan
Malam
ini aku merasa sangat jenuh. Jenuh dengan rutinitas yang ku jalani, jenuh
dengan tugas – tugas kuliah, jenuh dengan semuanya. Sekarang aku baru sadar
bahwa hidup itu begitu banyak tuntutan. Tapi aku yakin kejenuhanku hanya
berlangsung beberapa jam saja. Tapi bukan itu yang akan ku ceritakan. Karena aku
tidak tahu harus ngapain (walaupun sebenarnya tugasku sangat banyak), aku iseng
mengubrak – abrik file di laptopku. Hingga akhirnya aku menemukan beberapa foto
saat wawancara dengan seorang pengumpul botol plastik bekas untuk keperluan
presentasi.
Satu
tahun yang lalu, aku dan sahabatku Okta iseng ingin mengikuti sebuah lomba
business plan di fakultasku yang diadakan oleh jurusan manajemen. Saat itu kami
berpikir ide apa yang akan kami angkat, sebuah konsep yang berbasis bisnis,
tapi membantu lingkungan. Akhirnya kami mempunyai sebuah konsep mendirikan
sebuah rumah (semacam koperasi) yang mengumpulkan botol plastik bekas dan
mengolahnya menjadi biji plastik,dan memasarkannya, yea memang tidak membantu
untuk menghilangkan penggunaan plastik sepenuhnya, tapi setidaknya mengurangi
pembuatan plastik secara terus menerus, rumah bisnis tersebut kami beri nama “Griya
Gadang”.
Beberapa
hari sebelum pengumpulan proposal, aku dan Okta mencari data – data tentang
pengumpulan botol plastik di Denpasar dan sekitarnya. Dan akhirnya aku ingat
kalau di daerah Ubung ada sebuah tempat yang menjadi pengumpul botol – botol plastik
bekas dari para pemulung. Sampai di tempat tersebut, kami meminta izin untuk
melakukan wawancara dengan bapak pengepul botol plastik tersebut. Kami menanyakan
dari mana mereka mendapatkan botol – botol tersebut, berapa harganya, dijual ke
mana, dan lain – lain. Tapi tidak hanya itu data yang ku dapatkan. Ada beberapa
pelajaran berharga yang aku dapatkan dari sana.
Dari
sebuah wawancara singkat itu aku mendapatkan begitu banyak ilmu yang mampu
membuka mata hatiku secara lebih luas lagi. Aku jadi mengerti betapa mulianya
menjalani profesi sebagai seorang pemulung. Tak peduli seberapa buruk anggapan
orang bahwa memulung itu adalah pekerjaan kasar yang rendahan, tapi bagiku
menjadi seorang pemulung adalah sebuah profesi yang mampu menyelamatkan
sebagian kecil Indonesia dari sampah – sampah yang dibuang oleh masyarakat “MANJA”
yang tidak sadar akan nurani membuang sampah pada tempatnya. Tapi jika dipikir –
pikir lagi, apabila sistem pemulung itu baik (perlu dibuatin program kali ya),
pemulung tersebut dapat meraih omzet jutaan rupiah per bulan apabila memulung
sendiri dan mampu mengolah sampah – sampah tersebut dengan sendiri, dan dijual
juga dipasarkan sendiri juga. Waahhh,,pasti pemulung Indonesia bakalan maju.
Sukses untuk pemulung Indonesia.
Untuk mengerti sesuatu hal, kita harus
berusaha untuk merasakan, melihat dan mendengar. Karena untuk mengerti, tak
cukup dengan sebatas tahu, tanpa merasakan. Terima kasih untuk bapak Wayan,
atas kesediaannya untuk menjadi narasumber hingga akhirnya kami memperoleh
juara III. Dan terima kasih untuk seorang bapak – bapak yang setiap sore selalu
datang untuk mencari botol bekas di tumpukan sampah – sampah seputaran jalan
Ratna.
Tulisan
ini memang tidak bagus, tapi cukup menghilangkan kejenuhanku mala mini. Dan
akhirnya kejenuhanku sudah hilang. hehe
Kata-kata Masyarakat "MANJA" itu manis sekali didengar. Nice posting :)
BalasHapus