Wanita Bali (Nenek Super)



Suatu kali ketika saya berangkat ke tempat saya bekerja di daerah Ketewel – Gianyar, saya melihat seorang nenek – nenek yang mengayuh sepeda dengan berbagai macam barang yang ia bawa (saat itu saya belum tau barang apa yang beliau bawa), karena saya buru – buru jadi saya tidak bisa mengikuti nenek tersebut (sebut saja nenek Super). Hari berikutnya saya kembali bertemu dengan nenek Super tepat di traffic light, ketika lampu hijau menyala beliau mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga, karena banyak kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang melewati traffic light Guwang – Sukawati tersebut. 
Akhirnya saya bisa mengikuti nenek Super dan melihat Nenek Super berhenti tepat di warung depan tempat saya bekerja. Beberapa lama saya mengamati nenek Super dari parkiran, setelah nenek itu pergi saya bertanya kepada ibu – ibu pemilik warung tentang apa yang dijual oleh nenek Super. Dari cerita ibu – ibu pemilik warung, ternyata nenek Super menjual kue – kue kering yang beliau ambil dari Sukawati, kemudian beliau jual kembali ke warung – warung di sekitaran Guwang dan Sukawati (ya mungkin semacam reseller). “Kalau mau lihat nenek itu, datang agak pagian aja gek jam 7, setiap dua hari sekali pasti ke sini. Ibu kasihan sama beliau sudah tua, ya jadi ibu belanja paling 3 – 5 bungkus dagangannya” kata ibu pemilik warung. Selang beberapa minggu berlalu, saya mulai lupa dengan nenek Super, apalagi biasanya saya sampai kantor tepat jam 9 kurang beberapa menit (efek susah bangun pagi.hehehe).

Hingga beberapa hari yang lalu, saya ingin berangkat ke kantor agak pagi, dan tidak sengaja bertemu dengan nenek Super di warung depan tempat saya bekerja. Saya buru – buru berlari ke warung tersebut untuk bisa membeli dagangan nenek Super. “Niki lima ribu gek, mudah – mudah tiang ngadol, nak akidik tiang ngalih bati  (Ini 5000 aja gek, murah – murah saya jualnya, soalnya saya nyari untung sedikit saja)” kata nenek tersebut dalam bahasa Bali ketika saya bertanya harga dagangannya. Sembari nenek Super mengambil dagangan yang akan diberikan untuk ibu pemilik warung, saya mengambil beberapa fotonya (sebenarnya saya agak sedikit malu mengambilnya foto – foto beliau, takut nanti dikira yang aneh – aneh. Tapi niat saya untuk bisa menulis tentang nenek ini sudah sangat besar). Jujur saja, saya tidak sempat bertanya – tanya banyak kepada nenek Super ini tentang kehidupan pribadinya (jadi saya tidak berani menulis banyak tentang kehidupan pribandi beliau), saya hanya sempat bertanya kepada mbok – mbok di kitchen sama reservasi saya, setahu mereka nenek tersebut tinggal di Guwang, mengambil barang dagangannya di Sukawati, menjajakannya ke warung – warung, menempuh perjalanan berkilo – kilo meter dengan MENGAYUH SEPEDA. 

Saya sangat sering melihat anak kecil, ibu – ibu bahkan para lansia yang membawa banyak barang di atas kepalanya sambil membawa sepeda lewat di sekitar Ketewel, begitu kagum dengan daya tahan tubuh mereka, mengayuh sepeda sekian kilo meter, menggunakan sepeda sebagai alat transportasi mereka yang menurut saya Wow! Sangat mengagumkan. Dibanding mereka semua, saya kalah jauh, bahkan tidak ada apa – apanya. Jangankan mengayuh sepeda sekian kilo meter, jalan kaki beberapa meter saja sudah cepat merasa lelah. Apalagi hal yang dilakukan oleh nenek Super ini, sudah tua tapi masih bisa berjualan, mencari nafkah sendiri tanpa memberatkan hidup orang lain. Saat di luar sana masih banyak orang yang mencari nafkah dengan cara – cara yang kurang terpuji, nenek Super ini berjuang keras untuk membutuhi kehidupannya, (saya menulis ini terlepas dari kehidupan nenek Super yang belum saya ketahui, saya hanya mendengar cerita tentang beliau dari orang – orang yang bisa saya tanyai, terlepas dari kehidupan sebenarnya nenek ini kaya miskin atau apalah, yang saya kagumi di sini adalah PERJUANGAN beliau).
Nenek Super ini mengajarkan saya akan banyak hal, bagaimana kita berjuang menjalani hidup ini, seperti mengayuh sebuah sepeda, kayuhan demi kayuhan membawa cerita tersendiri dalam hidup kita, kalau rantainya putus, perjalanan tidak berakhir di situ saja, kita bisa menyambungnya lagi, atau kalaupun berakhir, toh juga kita sudah mencoba untuk mengayuh, susah senang, cepat ataupun lambat semuanya akan sampai di tujuan, dengan berbagai tikungan bahkan tanjakan masing – masing. Terima kasih kepada nenek penjual kue kering yang sering saya jumpai di Ketewel, saya memang tidak mengenal anda, maaf karena sudah mengambil foto – foto anda tanpa izin. Semoga senantiasa diberikan rezeki dan kesehatan, semangat nenek sudah menginspirasi saya, dan semoga juga bisa menginspirasi generasi selanjutnya agar menjadi generasi yang membanggakan, jauh lebih baik dari para orang tua kita sebelumnya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Mungil

Tentang Wanita yang Berjuang Demi Keluarga (1)

Sampah dan Kehidupan Di Sekeliling Kita