BARU




Tanya pada dirimu sendiri, sudah berapa jauh mainanmu selama ini? Sudah berapa banyak orang yang kamu temui? Sudah berapa banyak waktu yang kamu habiskan untuk melakukan percakapan dengan orang lain? Sudah berapa banyak hal yang kamu pelajari setiap hari? Kalau belum banyak, “Kamu bukanlah apa – apa”. Kita bisa bertingkah seperti singa diantara kucing – kucing liar, tapi akan tetap menjadi kucing diantara kerumunan anak singa.




Keluar dari balik tempurungmu agar kamu tidak hanya tau gelap, hangat atau nyaman. Sesekali kita harus membuka tirai dunia luar agar kita bisa membandingkan hal – hal apa yang sering terjadi di kehidupan kita dengan apa yang terjadi pada orang lain dan dunia luar, sehingga kita bisa melihat berbagai macam hal tidak hanya dari satu sudut pandang. Banyak orang yang hanya tinggal dalam satu lingkungan, melakukan aktivitas yang itu – itu saja, tidak pernah membaca berita atau media online, (sekali membaca atau menonton televisi yang ditonton malah gosip seputar perselingkuhan artis atau sinetron – sinetron yang tidak jelas nilai – nilai apa yang bisa kita ambil di dalamnya, ala – ala sinetron zaman sekarang.hahaha), memiliki pemikiran yang bisa dikatakan masih kaku dan sempit. Mereka cenderung sulit menerima hal – hal baru diluar kebiasaan yang sudah biasa mereka lakukan.

Setiap perubahan yang muncul di lingkungan “sempit” tersebut akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak biasa, sulit diterima dan cenderung akan mendapatkan “penolakan”. Banyak pernyataan ataupun pertanyaan yang muncul, “Ah malas, terlalu banyak aturan. Ah bodo amat. Kenapa begini sih? Kenapa banyak sekali aturan? Kenapa semuanya dipersulit? Dula A, Dulu B, Dulu C.. Dulu.. Dulu.. Dulu… dan Dulu”. Kayak orang gagal move on gitu, terlalu cinta sama masa lalu, kalau positif ga masalah sih, tapi kalau “masa dulu” hanya mendukung kemalasan di zona nyaman, buat apa dipertahankan? Keluhan – keluhan seperti itu yang akan sering kali kita dengar, dan bodohnya lagi biasanya mereka akan menyalahkan si pembawa perubahan, jadi kambing hitam karna mengusik “kasur empuk” yang sudah biasa mereka tiduri.

Terlalu banyak diam di dalam tempurung yang sudah kita bentuk juga lebih banyak menimbulkan dampak negatif untuk diri kita sendiri (menurut saya pribadi). Kita terbiasa memanjakan diri kita dengan keegoisan, “saya sudah benar”, benar menurut siapa dulu? Siapa yang menilai sisi benarnya? Kita sendiri? Atau orang – orang yang sama pengalamannya dengan kita atau hanya setingkat lebih tinggi? Sama aja boong. Selain menjadi egois kita juga sulit menjadi pribadi yang bersyukur, yang biasa dilakukan hanya complaint terus, “Kok saya dapetnya segini? Kok ini.. Kok itu.. “ keluhan – keluhan dan keluhan. Mengeluh itu manusiawi, tapi jangan menjadi kebiasaan. Kenapa mengeluh? Ya iyalah mainannya kurang jauh. Belum pernah ke luar tempurung dan membandingkan apa yang kita peroleh saat ini dengan apa yang sudah orang lain peroleh (di luar komunitas tempurung). Lihat dari segi perjuangannya, lihat dari sisi positif – positif apa yang lebih banyak kita dapatkan dari orang lain, jangan hanya membandingkan tapi dari sisi “kita selalu kalah”, dengan cara itu kita lebih banyak bersyukur. Kalau kita memang berada di sisi kalah, lihat perbandingannya dengan orang lain, apa yang membuat kita kalah? Mungkin mereka lebih pintar, lebih ulet, lebih tekun, lebih rajin atau lebih gemuk. Eh.. Tiru semua hal – hal positif yang sudah kita bandingkan sebelumnya, kalau merasa sudah maksimal tapi orang lain tidak bisa mengapresiasi? JANGAN MENGELUH, TINGGALKAN SAJA!!! Tegas dan jelas.

                Setiap tempat dibelahan dunia manapun kita tinggali saat ini, memiliki karakteristik yang berbeda – beda, memiliki tantangan yang dari sisi yang berbeda – beda pula, ada yang akan mempengaruhi kita dari segi wawasan (bisa lebih pintar kalau dikelilingi oleh orang – orang pintar jika kita mau belajar), akan lebih sabar jika kita dihadapkan pada orang – orang keras (atau malah depresi). Akan lebih kuat jika kita dihadapkan dengan orang – orang sok tau, keras, malas (eh kok paket komplit). Akan lebih malas kalau lingkungan kita malas (eh..). Lingkungan akan mempengaruhi akan seperti apa seseorang, tapi kita adalah penentu diri kita sendiri, yang akan menentukan akan menjadi apa dan seperti apa, hanya kita sendiri.


Kita boleh diam di lingkungan yang monoton, lingkungan yang mempertemukan kita dengan orang – orang yang sudah nyaman dengan apa yang telah mereka lakukan tanpa membutuhkan perubahan yang berarti dalam hidup mereka, ambil sisi positifnya saja. Tapi jangan pernah meniru sisi negatif yang telah mereka berikan. Kalau orang lain melangkah 2 langkah, kamu jangan ikut melangkah hanya 2 langkah. Melangkah 3 langkah, 1 langkah di depan dan begitu seterusnya. Jangan takut berjalan sendirian, karena di depan telah banyak orang – orang yang melangkah jauh dibandingkan dengan kamu. Sendiri bukan berarti kesepian. Sekali lagi, kalau mainanmu kurang jauh, kamu bukanlah apa – apa. Satu langkah di depan yang kita lakukan setiap hari, akan membantu orang lain dan yang paling penting akan membantu dirimu sendiri

Selamat pagi, semoga selalu dipertemukan dengan orang – orang baik, hati yang baik dan pribadi yang baik, agar kita menjadi yang lebih baik dan selalu baik – baik saja.

                 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Mungil

Tentang Wanita yang Berjuang Demi Keluarga (1)

Sampah dan Kehidupan Di Sekeliling Kita