Belajar Bersyukur dari Pengalaman Orang Lain



Minggu, 18 November 2018
Pagi yang cerah untuk jiwa yang sepi (sambil nyanyi lagunya Bang Ariel, dengan lirik yang sedikit diganti.hahahaha), pembukaannya sedikit drama, karena hidup harus ada drama - dramanya biar seru. Hari minggu di kota Banyuwangi merupakan hari sehat untuk berkumpul dengan keluarga, ada banyak toko - toko yang tutup di hari minggu, suka liatnya, kesannya menghargai hidup banget kan, kerja ya kerja, libur ya libur. Ada banyak spot - spot di kota Banyuwangi untuk family time, beda dari kota - kota kebanyakan yang udah banyak mall dan gedung - gedung tinggi, tapi di kota ini liburan bersama keluarga banyak dilakukan di taman kota yang fasilitasnya juga sangat mendukung.

Diambil pas belum banyak orang dateng..

Kalau weekend di pagi hari biasanya akan banyak ibu - ibu, bapak - bapak, adek - adek, yang olah raga di taman kota, termasuk saya (masuk ke kategori adek - adek), dan kebetulan taman kota yang saya pilih adalah Taman Kota Blambangan. Jalan bertiga bersama duo pasangan homo (ah bercanda ding - ini bukan pencemaran nama baik).
Biasanya kalau berada di tengah keramaian itu pasti kita akan bertemu dengan banyak orang, dengan berbagai macam gaya. Kebetulan di taman kota ini, fasilitas olah raganya lumayan sih, ada yang untuk anak - anak dan orang dewasa. Karena saya ga terlalu aktif berolah raga, saya cuma jalan - jalan kecil, atau lari - lari kecil, takut otot - otot pada shock juga kan kalo tiba - tiba diajak olah raga berat (ah alasan).
Sepanjang perjalanan saya bertemu dengan kumpulan ibu - ibu yang kembaran menggunakan baju bewarna neon, kumpulan anak - anak yang gembira bermain bola, kumpulan sejoli yang jalan malu - malu tapi mau, pasangan - pasangan lansia yang bergandengan mesra, juga ada kakek - kakek veteran yang kata temen saya selalu rutin ia temui ketika berolah raga di hari minggu. Dan tak sedikit penjual yang memanfaatkan peluang untuk menarik rejekinya di pagi hari, ada jajanan pasar, snack - snack kecil, air minum dan lain -lain.


Dari sekian banyak pedagang yang saya temui, ada satu pedagang tua, bapak - bapak yang memiliki keterbatasan penglihatan, berjualan kacang panggang dengan harga Rp 1.000,- per bungkus. Serius sih, bapak ini berjualan bukan untuk pencitraan, atau sekedar menarik rasa iba agar kita memberikan uang secara cuma - cuma, engga. Emang bapaknya biasa jualan di sana (katanya pas ditanya).


Cukup lama saya mengamati bapak ini berjualan, gimana jualannya bawa tongkat, nawar - nawarin ke pembeli, sebelum akhirnya saya membeli dan membantu bapak ini berjualan sebentar. Ketika saya membantu beliau bertanya sembari menunjukkan uang dua puluh ribuan,"Mbak, ini uangnya pecahan berapa ya?". Dalam hati saya berdoa, semoga bapak ini dilancarkan rejekinya, dan selalu dipertemukan dengan pembeli - pembeli yang jujur.

Selesai dengan pertemuan bapak tua itu, saya bertemu dengan ibu - ibu memulung sampah ditengah lalu - lalang masyarakat yang menikmati hari liburnya. Tanpa memperdulikan orang lain, ibu itu asyik memungut sampah botol - botol bekas, wah benar - benar hari yang produktif, dalam hati saya berdoa lagi semoga ibu tersebut dilancarkan rejekinya.
Rasanya lebih respect melihat orang lain yang berjuang keras untuk hidupnya, dibandingkan dengan orang - orang yang hanya bisa berlindung dibawah ketek orang tua atau yang mengemis dalam keadaan fisik yang masih sehat.


Ke luar dari sarang malas di hari minggu, bertemu dengan hal - hal positif rasanya mengisi daya saya, yang beberapa bulan terakhir terasa terkuras cadangan untuk berpikir positifnya. Situasi kerja yang memang sedang penuh tekanan saat itu, membuat saya kadang - kadang lupa akan bersyukur dan lebih banyak mengeluhnya, padahal kalau dipikir - pikir saat ini, ketika semua hal berat telah saya lewati, saya merasa sangat beruntung bahwa di luar sana masih banyak orang yang susah mengumpulkan rejekinya, ada yang ditimang - timang dengan keadaan nyaman, tapi akan miskin ilmu pengetahuannya, ada yang diasah secara keras, agar cemerlang di masa depan - seperti saya saat ini (Amin).

Tutup perjalanan hari itu dengan "Pecel Bu Tin"
Rasanya semakin sering pergi ke tempat - tempat terbuka yang merakyat, akan membuat kita semakin berpikir positif, memiliki motivasi agar berbuat lebih untuk orang lain, oke atau setidaknya untuk diri sendiri dulu. Kadang lucu dengan orang - orang yang masih suka mengeluh dengan hal - hal kecil, misalnya menunggu di trafic light dalam keadaan panas, marah - marah karena pesanan yang lama ketika makan di restaurant yang sedang ramai (kecuali kalo dagangnya jutek), dan lain - lain yang menurut saya ga penting banget untuk dikeluhkan. Sedangkan orang lain di luar sana, yang buat makan esok hari saja masih susah, mereka terlihat lebih tegar, masa kita yang sudah berkecukupan aja ga bisa tegar menghadapi masalah - masalah kecil.
Selamat menjalani hari - hari yang penuh warna dengan kerikil - kerikil kecil, semoga pada saatnya nanti jalan kita mulus (semulus pantat bayi).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Mungil

Tentang Wanita yang Berjuang Demi Keluarga (1)

Sampah dan Kehidupan Di Sekeliling Kita