Belajar Tulus dari Ibu Pemberi Makan Kucing di Pantai Boom Banyuwangi
![]() |
Ibu pemberi makan kucing di Pantai Boom, Banyuwangi |
Minggu, 6 Januari 2019
Hari minggu pertama di tahun 2019, mengawali hari dengan berjalan - jalan santai di pantai Boom yang terletak di kota Banyuwangi, (awalnya mau jogging santai di Lapangan Blambangan lagi, tapi berhubung punya temen yang rumahnya deket pantai Boom, dan titik temunya di rumahnya dia, yaudah ganti rencana gitu aja kita jadi ke pantai Boomm..(Boomm..Boomm syalalala), jaraknya deket banget, kayaknya kalo jalan kaki ga sampe 15 menit sih. Sebenernya ini pantai yang hmmm masih ditata gitu, masih banyak pembangunannya, terus jalannya masih dibenerin, kalo habis hujan aksesnya rada becek - becek, tapi beberapa tahun ke depan asli ini bakalan jadi tempat yang keren!
![]() |
Kucing liar di Pantai Boom |
Nah, sampai di pantainya itu kita ketemu kucing - kucing gendut yang sumpah itu gayanya kalem banget, engga kayak kucing - kucing liar buangan gitu, gendut bersih dan lagi hamil (jangan tanya bapaknya siapa), pas kita gemes sama itu kucing, temen saya nyeletuk deh "Eh ini kucingnya ada yang sering ngasi makan lo, pagi sore", tapi saya nanggepinnya kayak "oh ya" sebatas angin lalu aja, tanpa tertarik dan mau tau lebih lanjut.
Oke, kira - kira udah jalan santai tiga putaran (ga mau bilang jogging, malu nyatanya jalan dikit udah ngeluh capek.. hahahahaha). Engga tau kenapa, kayak semua hal yang terjadi itu didukung semesta banget, dari kejauhan saya lihat ibu - ibu yang mengayuh sepeda, kayak manggil - manggil nama gitu, eh diikutin sama kucing - kucingnya di belakangnya beliau (Sayang banget ga ada foto pas ibunya sepedaan terus diikutin sama kucing). Temen saya langsung spontan bilang "Itu ibu - ibu yang aku bilang tiap hari ngasi makan kucingnya", saya langsung tertarik buat nyamperin dan tanya - tanya langsung ke beliau.
Pas saya samperin beliau, saya langsung tanya "Ibu, mau ngasi makan kucing ya?"
Beliau jawab "Eh iya mbak, mau berbagi sama makhluk ciptaan Allah.."
Ya Tuhan langsung mencelos ini rasanyaaa dalam hatiiiii. Kebetulan beliau komunikatif banget, jadi enak diajak ngobrol plus tanya - tanya.
Lihat dari dekat beliau kasi makan kucingnya itu dibagiin secara rata per porsi untuk tiap kucing yang saat itu ada empat ekor, beliau cerita kalau dulu ada banyak kucingnya, pernah sampai puluhan ekor yang kumpul dan beliau kasi makan, tapi sekarang udah sedikit karena banyak yang mati.
Dalam obrolan kita, beliau cerita kalau beliau itu jualan jajanan dan mainan di salah satu SD diiiii (Agh lupa, geblek), jadi ibu ini belum menikah, sekarang masih mengurus orang tuanya. Kalau misalnya libur sekolah kayak kemarin, beliau ikut libur jualan juga. "Jadi di rumah aja mbak, mengurus orang tua". Saya cuma ah, oh aja, abis bingung mau jawab apa. Terus beliau cerita kalau beliau juga diberikan bantuan berupa makanan kucing oleh Felibite (produk makanan kucing, whooaaa salut buat Felibite ini). "Dulu saya sempat ngutang mbak, pendapatan saya pas - pasan, ya terpaksa ngutang". Saya terhenyak, sambil mengelus kucing yang ibu tersebut beri makan.
"Bu kenapa kok mau ngasi makan kucing secara sukarela gini? Kan ibu ga ada yang bayar?" tanya saya.
"Iya mbak, saya melakukan ini demi Allah. Kan saya harus berbagi dengan makhluk ciptaan Allah. Saya iklas mbak, kasian kucing - kucingnya terlantar". Jawaban yang kurang lebih membuat saya seketika itu juga merasa "serpihan debu" di antara orang - orang seperti ibu ini.
Jujur saya bukan pecinta kucing, tapi ga cinta bukan berarti ga suka. Kucing bagi saya itu refleksi seorang wanita (bercanda), suka dimanja, dielus - elus tapi cuek dan ga peka sama perasaan orang lain. Dateng pergi semaunya. hahahahaha.. (tunjuk hidung).
Tapi dengan apa yang dilakuin sama ibu ini, saya benar - benar belajar tentang ketulus ikhlasan. Kenapa? Bayangin aja, era persaingan seperti sekarang ini, dikala orang - orang egois memikirkan dirinya sendiri, masih ada sosok seperti ibu ini yang rela bangun pagi, meluangkan waktunya, menyisihkan rejekinya, berkeliling hanya untuk memberi makan kucing liar, yang ga semua orang bisa lakukan. Ada banyak orang yang berada pada posisi ekonomi yang berkecukupan tidak bisa melakukan hal yang sama, tanpa imbalan bahkan tanpa embel - embel yang namanya pencitraan.
Masih banyak orang di dunia ini yang sibuk memikirkan perut sendiri, saling senggol sana - sini, berkonspirasi untuk kesenangan hati tanpa nurani tanpa peduli sekeliling diri dan tidak ingat arti berbagi. Tapi ibu ini berbeda..
Masih banyak orang di dunia ini yang sibuk memikirkan perut sendiri, saling senggol sana - sini, berkonspirasi untuk kesenangan hati tanpa nurani tanpa peduli sekeliling diri dan tidak ingat arti berbagi. Tapi ibu ini berbeda..
Gimana ga merasa "serpihan debu", kadang saya sendiripun suka melakukan sesuatu secara tidak ikhlas, masih suka menggerutu kalau orang yang kita bantu ga bilang kata "tolong" atau "terima kasih", suka males bantuin orang yang kadang "nyebelin" buat saya sendiri, dan banyak hal - hal yang ga ikhlas lainnya.
Bertemu dengan ibu pemberi makan kucing liar ini, saya belajar arti memberi dengan tulus, bahwa apa yang kita lakukan di dunia ini harus penuh dengan penyerahan, penuh kasih tanpa beban. Ada kebahagiaan yang tidak dapat terukur ketika kita dapat memberi tanpa berharap menerima, memberi tanpa berharap dikenal, memberi tanpa berharap dikenang. Untuk ibu yang tidak saya ketahui namanya, terima kasih untuk segala ketulusan, semoga Tuhan memberikan karma terbaik untuk apa yang telah ibu lakukan.
Untuk hari - hari minggu selanjutnya, tidak akan saya lewati dengan membuang waktu percuma dalam tembok - tembok penghalang diri saya untuk melihat lebih banyak lagi kebaikan di dunia. Semoga selalu berpikiran baik, dikelilingi orang - orang baik, dalam keadaan baik - baik saja.
Komentar
Posting Komentar