Fajar atau Senja, Mentari Sama Cantiknya



Dulu aku terlalu terpaku kepada senja, aku sangat mencintai senja, selalu menunggu senja tanpa peduli hari berjalan. Bagiku menatap langit di sore hari rasanya sangat menyenangkan, damai, tentram dan nyaman. Senja begitu cantik bagiku, tiada duanya. Hingga akhirnya waktu lebih banyak memperlihatkanku tentang keelokan Sang Fajar.. Semua mengubahku, bukan aku tidak menyukai senja lagi, hanya saja aku jadi bisa melihat keberadaan matahari di langit pada dua sisi.


Dulu senja mengajarkanku akan sebuah akhir, tentang penerimaan hasil akan penutupan sebuah hari, kepasrahaan dan penyerahan, menenangkan saat segala rutinitas yang dijalani begitu memusingkan diri. Aku terpaku pada sebuah akhir cerita hingga lupa bahwa tidak ada cerita yang akan berakhir tanpa dimulai. Dan itu yang diajarkan oleh Fajar. Fajar mengajarkanku sudut pemikiran yang berbeda, sebuah semangat untuk memulai hari dengan sebuah doa dan pengharapan. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi dari kemunculan fajar hingga datangnya senja, saat bumi ini berputar.


Aku jatuh cinta pada mentari di langit bahkan dari ia muncul, hingga ia terbenam. Aku suka memandangi dan menghabiskan waktu dengannya tanpa sebuah tuntutan bahwa saat malam kita akan bersama. Memandangi fajar ataupun senja, bagiku aku sama – sama diajari akan sebuah keiklasan tentang memulai dan mengakhiri. Tentang pengharapan yang tidak seharusnya kita jatuhkan kepada bumi atau manusia tetapi kepada Tuhan. Langit memang tidak pernah mengecewakan, itu karena ia tidak pernah berjanji dan kita tidak pernah berharap.
Saat fajar telah datang, kita hanya bisa menerima dan menjalani dengan kasih sayang yang tulus iklas, menikmati setiap detik waktu yang berlalu dengan bahagia, sekalipun sesekali terik atau mendung menampakkan wujudnya, tak peduli akhirnya, jangan pernah menuntut untuk sebuah senja yang sempurna.


Saat fajar datang esok pagi dan seterusnya, aku telah memulai tanpa memperdulikan senja, yang terpenting adalah bagaimana hari – hari itu dilewati, untuk akhirnya bukan aku penentunya.
Toh juga fajar atau senja, mentari sama cantiknya..


Di manapun fajarmu di mulai dan senjamu berlabuh, aku tau rasanya akan berbeda tapi ada beberapa hal yang akan selalu sama.


Semoga setiap doa yang kita jaga, akan dijamah Yang Kuasa..
-untuk kita yang sedang mengejar ketulusan di bumi..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Mungil

Tentang Wanita yang Berjuang Demi Keluarga (1)

Sampah dan Kehidupan Di Sekeliling Kita