Tentang Laut dan Sebagian Kecil Isi Bumi


Samudra yang luas membentang di hadapanku. Ombak - ombak merakit cerita kehidupan sebagian orang pesisir pantai. Dari penghidupan ataupun sekedar kegemaran. Bukan laut namanya kalau tidak menjanjikan tantangan, batu karang, pemangsa liar, atau sampah - sampah yang tak terpikirkan.
Bagi sebagian orang, bergaul dengan laut adalah hal yang biasa, bagi sebagian lainnya itu adalah hal yang luar biasa. Sebagai teman, laut bukan tempat yang angkuh ataupun sombong, tergantung seperti apa kita memperlakukannya dan sedalam apa kita bisa mengenal karakternya.
Seperti sebagian orang pesisir pantai, laut bukan hanya sekedar laut, tapi juga rumah dan sumber penghidupan. Pada laut mereka menggantungkan harapan, terbiasa bersama hingga sama - sama mengenal kebiasaan masing - masing.
Saya selalu suka menikmati pagi hari di pinggir pantai, menikmati deru suara ombak dan bergelut dengan pikiran masing - masing. Setiap pagi di setiap harinya jika saya ke pantai, warna langit selalu berubah - ubah, begitu pula dengan cerita yang saya dapatkan. Di pantai yang sama, di hari yang berbeda, sering saya bertemu dengan orang tua yang berjalan di pinggir pantai untuk berolah raga, seorang anak yang bermain ombak, kumpulan nelayan yang bercengkrama, pemancing, dan lain sebagainya. Dalam diam saya suka memperhatikan sekeliling, memberi ruang untuk hati dan pikiran menerima masukan - masukan kecil atas apa yang dilihat oleh mata dan dikonsumsi oleh otak.


Bertemu dengan bapak tua yang berbekal jala dan keranjang ikan kecil, kita melihat hidup itu sangat sederhana. Saya bertanya, "Pak, kalau dapat ikan nanti mau dijual?" Beliau menjawab tidak, hanya untuk dikonsumsi sendiri. Terlihat mudah bukan?


Pagi,siang,sore atau malam hari kita bisa mencari lauk di lautan, gratis dan sudah disiapkan oleh Tuhan, ambil secukupnya tapi dengan kesabaran, terlihat luas memang, ikannya pasti banyak, akan tetapi untuk mencari apa yang telah disiapkan oleh Tuhan juga butuh perjuangan.


Melempar jaring, menarik dengan harapan akan ada ikan - ikan kecil yang tersangkut kita melatih sabar dan dikecewakan atas harapan yang kita tanamkan sedari awal jaring itu dilemparkan. Sekali melempar, tidak selalu mendapatkan ikan. Belajar menerima bahwa tidak semua hal bisa kita dapatkan dengan instan.


Hari berikutnya, bertemu dengan nelayan yang mencoba menarik perahunya hingga teman - temannya yang lainnya datang, kita belajar akan persatuan, gotong royong dan kebersamaan. Awalnya saya memperhatikan bapak tua yang menepi ke pantai dengan perahunya sendirian, perahunya pasti berat, hingga dari kejauhan temannya melihat dan menghampiri dan menolongnya, tertawa dan larut akan obrolan mereka, mungkin tentang apa yang telah laut berikan saat itu.


Nelayan kebanyakan bekerja dengan bergotong royong dan saling membantu, itu mungkin sudah naluri. Orang lain mengajarkan kita untuk membantu orang lain, dan menyebarkan ke orang lain dan orang - orang lainnya. Pada pelajaran budhi pekerti zaman sekolah dulu, gotong royong mengajarkan kita untuk sama - sama meringankan beban, itu tertanam "sampai tua" dan memang benar demikian. Tapi persatuan tidak bisa dapatkan dengan mudah, perlu komunikasi, pemikiran yang rendah hati dan ketulusan, dan itu sulit terbentuk diantara kumpulan - kumpulan kepala yang terlahir dari kepala - kepala yang berbeda.


Di hari - hari berikutnya lagi, saya bertemu dengan salah satu bapak yang mencari ikan dengan perahu yang beliau buat sendiri seperti masyarakat pencari ikan lainnya yang hanya dapat saya perhatikan dari kejauhan. Kebetulan perahu bapak ini terbuat dari ban karet yang beliau rakit sendiri menggunakan tali, intinya biar bisa mengapung dilautan. Dari bapak ini saya belajar tentang perjuangan dan melawan rasa takut. Perahu ini beliau naiki tanpa pengaman, atau alat apapun yang menunjang keselamatan, saya kira bekal beliau hanya pikiran positif, doa dan pengalaman.


Lama sekali saya penasaran dengan alat yang digunakan bapak ini, saya cukup sering melihat banyak orang yang meggunakan alat yang sama di lautan (bahkan dimodofikasi sesuai kenyamanan sendiri), dapat bertemu dan mengobrol langsung dengan bapak ini rasanya jalan saya selalu didukung oleh semesta.


Dalam obrolan ringan kami, beliau berkata kalau menaiki ini perlu keahlian khusus dan sebuah kebiasaan. Saya bertanya apakah beliau takut, jawabannya tidak. Sudah biasa, pernah tergulung ombak tapi laut sudah menjadi sumber penghidupannya jadi dijalani saja.


Ketika jatuh, berusaha naik atau berenang lagi ke tepian, toh ombak bisa dipelajari, kita pergi saat keadaan memang bersahabat, katanya. Ada banyak yang seperti bapak ini. Biasanya kalau sore hari, saya bisa melihat gerombolan pencari cumi di pantai, kecil - kecil terlihat seperti kumpulan semut pencari gula, padahal di laut kan adanya garam.


Ini umpan yang beliau gunakan untuk mencari cumi..


Ini cumi yang beliau dapatkan, kalau dapat banyak, cumi segar ini bisa langsung dijual ke pengepul atau ke pasar. Terlihat sepele memang, mencari cumi di lautan lalu dijual ke pasar. Tapi percayalah, tidak mudah bergelut dengan ombak di lautan untuk mendapatkan sumber penghidupan. Bukan hanya soal keberanian, ini juga soal pertaruhan sebuah nyawa. Apa yang bisa dijanjikan samudra akan rasa aman? Tidak ada, laut lepas tidak pernah menjanjikan rasa aman kecuali jika kita Aquaman. Tidak semua orang memiliki keberanian seperti bapak ini,mungkin kita bisa belajar untuk menghadapi ketakutan - ketakutan kita di daratan, toh tiada ombak atau batu karang. Paling hanya kerikil - kerikil atau jalan - jalan berlobang.
Sebagian kecil isi bumi mengajarkan pada sebagian - sebagian kecil lainnya untuk bersyukur, bahwa kehidupan di bumi memiliki banyak peran dengan ceritanya masing - masing, semuanya menyenangkan dan sangat menarik untuk diceritakan.
Semoga selalu bertemu orang yang baik, hati yang baik agar kita menjadi pribadi yang baik dan dalam keadaan baik - baik saja, tanpa pernah lupa bahwa hati yang jahat sesekali mengajarkan kita untuk tetap menjadi baik (semoga).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Mungil

Tentang Wanita yang Berjuang Demi Keluarga (1)

Sampah dan Kehidupan Di Sekeliling Kita